Aksi Kamisan Penuh Dengan Tangisan, 80 Tahun Indonesia Merdeka Untuk Siapa?
- account_circle David
- calendar_month 7 jam yang lalu

Keterangan foto: Kumala Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Kamis (21/8/2025).
Harianterbit.id Lebak – Hari ini, di tanah Lebak, kita kembali berdiri dalam barisan panjang Aksi Kamisan aksi yang lahir dari luka sejarah bangsa. Luka akibat kejahatan Hak Asasi Manusia (HAM) yang tidak pernah tuntas, luka akibat keadilan yang dipermainkan oleh mereka yang berkuasa, luka akibat rakyat kecil yang terus menjadi korban, Kamis (21/8/2025).
Kasus meninggalnya Yadi Suryadi adalah salah satu potret nyata bagaimana rakyat di korbankan. Ia tewas dalam sebuah aksi bayaran di depan gedung DPRD Kabupaten Lebak.
Sementara itu, Ridwanul Maknunah, angkat bicara, aktor intelektual yang mengatur aksi tersebut bebas berkeliaran, kebal hukum, seolah hukum hanya ditujukan bagi rakyat kecil. Pertanyaan mendasar, apakah hukum hanya berlaku bagi yang lemah? Apakah nyawa rakyat jelata semurah itu di negeri yang mengaku demokratis?
“Indonesia hari ini bukan hanya mengalami krisis kemanusiaan, tetapi juga krisis ekonomi, krisis demokrasi, dan krisis moral penguasa.” tuturnya
Dalam kesempatan sama, Harry Agung Nurfaizi, angkat bicara, Ekonomi kita gelap, dikuasai oleh segelintir elit yang rakus, sementara rakyat semakin sulit membeli beras, semakin sulit mencari kerja, dan semakin sulit sekadar mempertahankan hidup.
“Demokrasi kita hanya jadi panggung sandiwara, penuh janji manis, penuh nepotisme, penuh titipan jabatan,” tegasnya
Kemudian, di tempat yang sama, Idham Mufarrij Haqim turut menyampaikan aspirasinya.
“Lebak hari ini juga tidak bisa menutup mata dari fakta pahit, angka kemiskinan masih tinggi, rumah tidak layak huni menjamur, pengangguran semakin banyak, sementara elit politik sibuk dengan urusan perut sendiri. Mereka berteriak pembangunan, tapi rakyat tetap miskin.
“Tinggal di rumah yang hampir roboh.
Mereka berbicara pertumbuhan, tapi Generasi warga Lebak lebih banyak menganggur dari pada bekerja,” ungkap idham
Ditambahkan anggota aksi, Ipad Bakhtiar, Menegaskan Ironinya, Menteri Keuangan bahkan dengan enteng menyebut bahwa guru adalah beban negara. Pernyataan ini adalah tamparan keras bagi dunia pendidikan, tamparan bagi mereka yang seharusnya dihormati sebagai pilar mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika guru dianggap beban.
“Maka sejatinya negara sedang menghina dirinya sendiri, sebab tanpa guru tidak pernah ada pejabat, tidak pernah ada penguasa, tidak pernah ada bangsa,” tambah ipad
Lebih Jauh, Rohidayat, menyampaikan juga, Kawan-kawan, Aksi Kamisan hari ini bukan sekadar ritual mingguan. Ini adalah teriakan perlawanan. Kita menolak lupa pada kasus-kasus HAM. Kita menolak tunduk pada rezim yang abai pada rakyat.
“Kita menolak diam di tengah ekonomi yang gelap,demokrasi yang penuh nepotisme, dan kabupaten yang masih diselimuti kemiskinan.Hari ini kita berdiri di Lebak, tapi suara ini menggema untuk Indonesia. Sebab keadilan bukan hadiah dari penguasa, melainkan hasil dari perjuangan rakyat.” tutupnya
- Penulis: David