Survei INES : Elektabilitas Prabowo 42,8 persen, Ganjar 26,8 persen

Avatar of Redaksi
Survei INES : Elektabilitas Prabowo 42,8 persen, Ganjar 26,8 persen I Harian Terbit

Hariantertib.id-Jakarta, Survei Jajak Pendapat oleh Indonesia Network Election Survey (INES) untuk mengukur preferensi masyarakat terhadap dinamika politik nasional jelang pemilu 2024 yang dilakukan dalam periode 18-30 Juni 2023 dengan total 2200 responden dari populasi daftar pemilih tetap (DPT) pada Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih yang terbagi di 34 provinsi RI. Sampel diambil dengan teknik pencuplikan secara acak bertingkat (multistage-random sampling).

Dari 2200 respoden terdapat 67,8 persen merupakan WNI yang sudah pernah memberikan suaranya pada pemilu 2019 dan sebanyak 32,2 persen merupakan pemilih pemula pada pemilu 2024

Sementara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui telepon melalui sambungan WhatsApp call . Hasil survei memiliki margin of error +/- 2,09% dan tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95%.

Koordinator Survei Indonesia Network Election Survey (INES), Tri Sasono mengatakan, tingkat elektabilitas tokoh bakal capres dari Hasil simulasi 4 kandidat yang sangat dimungkinkan memiliki tiket untuk menjadi capres pada pilpres 2024 yakni, Prabowo Subianto 42,8 persen, Ganjar Pranowo 26,8 persen, Airlangga Hartarto 19,3 persen, Anies Baswedan 9,9 persen dan tidak memilih sebanyak 1,2 persen

*Tri Sasono mengungkapka, hasil sebaran suara pendukung dan pemilih Jokowi dipilpres 2019 , terhadap tingkat elektabilitas empat tokoh kandidat capres jika pilpres digelar hari ini*.

*“Prabowo Subianto 38,1 persen, Ganjar Pranowo 30,3 persen, Airlangga Hartarto 20,4 persen, Anies Baswedan 2,8 persen. Sebanyak 8,4 persen yang tidak memilih,” kata Tri Sasono dalam keterangan tertulis, Rabu (5/7/2023)*

*Sementara itu, hasil sebaran suara pendukung dan pemilih Prabowo Subianto di pilpres 2019 terhadap tingkat elektabilitas 4 kandidat capres, jika pilpres digelar hari ini yaitu, Prabowo Subianto 64,2 persen,Ganjar Pranowo 6,1 persen,Airlangga Hartarto 8,4 persen .Anies Baswedan 10,8 persen dan tokoh lainnya,sebanyak 10,5 persen tidak memilih*.

Menurut Tri sasono faktor popularitas (terkenal), akseptabilitas (diterima) dan elektabilitas (dipilih) adalah modal amat sangat penting calon dalam tiap pemilihan (Election).

“Sekalipun berdiri sendiri, ketiga faktor itu terintegrasi jadi satu urutan gradasi nan tak terpisahkan. Itulah yang harus diraih para calon. Itu proses yang tak boleh ditinggalkan, artinya wajib dilakukan oleh para calon,” ujar Tri Sasono.

Dalam hal popularitas di pikiran masyarakat Prabowo Subianto di kenal oleh 97,4 persen responden, Kemudian Ganjar Pranowo 78,8 persen, Anies Baswedan 76,9 persen dan Airlangga Hartarto 49,8 persen , begitu juga pada sisi akseptablitas Prabowo Subianto tingkat akseptablitas yang paling tinggi yaitu 81,7 persen lalu diurutan kedua Ganjar Pranowo 60,8 persen dan disusul Airlangga Hartarto 59,8 persen kemudian Anies Baswedan 47,9 persen.

Karena itu Bagi setiap calon presiden yang melalukan sosialisasi, tahap akseptabilitas menjadi moment crucial (paling penting) bagi kesuksesan calon.

“Disinilah nasib calon dipertaruhkan, berhasil atau gigit jari. Pada tahap ini pemilih mulai berfikir, siapa calon yang akan dielus. Agar berhasil melewatinya, calon harus berjuang ekstra keras,” ucapnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, akseptabilitas merupakan kemampuan untuk menerima atau merespon intervensi atau perlakuan tertentu. Kemampuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dimiliki baik secara faktual maupun potensial yang mampu menggerakkan individu untuk menerima suatu tindakan atau perlakuan. Lebih lanjut akseptabilitas sangat dipengaruhi oleh persepektif terhadap konteks, konten dan kualitas yang ada.

Dalam tahap akseptabilitas, pemilih menerima seorang calon presiden Penerimaan ini merupakan proses alam bawah sadar berbentuk persepsi yang terbangun.

Baik itu penerimaan akan kualitas, kompetensi, integritas, profesionalitas, personalitas, perilaku, prestasi, reputasi, kepemimpinan, visi dan lain-lain. Ada proses penilaian disini, dimana proses ini melahirkan penerimaan (akseptabilitas) pemilih terhadap calon.

“Karena begitu banyaknya aspek yang dipertimbangkan, maka pada hakekatnya akseptabilitas adalah garis yang mengubungkan antara popularitas dan elektabilitas, disini kunci proses berfikir para pemilih nantinya dan Proses akseptabilitas memerlukan waktu lebih lama dibandingkan popularitas, bahkan untuk elektabilitas,” bebernya.

Menanggapi hasil survei Indonesia Network Election Survey (INES), soal naiknya elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres 2024. Pengamat Politik dari Universitas Mulawarman Samarinda (Kalimantan Timur), Budiman mengatakan, naiknya elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres karena Ketua Umum Gerindra itu tetap tenang meskipun sering diterpa isu yang kurang baik. Bahkan Prabowo tetap menunjukkan wibawanya sebagai tokoh nasional dan juga sebagai capres.

“Saya melihat unggulnya elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres karena Prabowo tetap meskipun sering diterpa isu negatif. Tetap menunjukkan sebagai tokoh nasional,” kata Budiman kepada awak media, Rabu (5/7/2023).

Namun saat ditanya soal hasil survei yang menunjukkan peluang pendukung Jokowi pada tahun 2019 lebih memilih Prabowo Subianto, Budiman menyebutkan bahwa pendukung Jokowi pada pemilu 2019 lalu, tentunya lebih memilih mendukung Prabowo Subianto ketimbang Ganjar Pranowo, sebab, pandangan pendukung Jokowi menganggap Prabowo lebih sering bersama Jokowi dalam kegiatan apapun.

“Ya kalau pendukung Jokowi 2019, tentu lebih memilih mendukung Prabowo Subianto ketimbang Ganjar Pranowo, apalagi Jokowi sering bersama Prabowo itu sebagai bukti ada kedekatan emosional,” ucap Budiman.

Selain itu, kata Budiman popularitas Prabowo Subianto saat ini sangat tinggi daripada kandidat capres lainnya seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan karena Prabowo fokus bekerja sebagai Menhan dalam membantu Presiden Jokowi.

Tak hanya itu, Budiman mengungkapkan, disaat Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan saling serang terkait isu politik. Namun, Prabowo Subianto tetap tenang dan tidak terpengaruh soal isu negatif tersebut.

“Ya ketika kandidat capres Ganjar dan Anies Baswedan sibuk serang soal isu politik, justru Prabowo lebih tenang dan tidak terpengaruh dengan isu negatif tersebut,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat juga melihat bahwa jika Ganjar Pranowo sebagai presiden maka ia akan bekerja sebagai petugas parpol, begitu juga dengan Anies Baswedan yang tidak ada kekuatan, ditambah adanya Surya Paloh itu juga sangat pengaruh, maka saat ini yang memiliki peluang besar adalah Prabowo, karena Prabowo ketika menjadi presiden, dia tidak akan di intervensi oleh siapapun, karena dia sebagai ketum parpol tentu memiliki kewenangan meskipun ada dukungan parpol lainnya, selain itu, Prabowo bisa terus melanjutkan program dan kerja Jokowi selanjutnya.

“Kalau Ganjar Pranowo tentu akan menjadi petugas partai kalau beliau jadi presiden, begitu juga dengan Anies Baswedan disana ada Surya Paloh, pasti akan dikendalikan, yang jelas saat ini adalah Prabowo yang tidak akan di intervensi oleh pihak manapun, karena sebagai ketum parpol,pasti memiliki kewenangan lebih. Dia juga dapat melanjutkan program Jokowi dan kerja Jokowi selanjutnya,” imbuhnya.

banner 325x300
Ikuti kami di Google News