Pengadaan Minyak Di Pertamina Masih Mengundang Daftar Hitam Pemasok Kejagung
- account_circle Bambang
- calendar_month 2 jam yang lalu

Ilustrasi
Harianterbit.id Medan – Meskipun pihak Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejaksaan Agung telah menetapkan sembilan tersangka kasus dugaan korupsi Tata Kelola Pengasaan Minyak periode 2018 sd 2023 di Pertamina hingga dengan kerugian negara Rp 193, 7 triliun terhadap d proses penyidikan yang saat ini masih berjalan akan berpotensi muncul calon tersangka baru, namun anehnya hal tersebut tidak membawa perbaikan berarti terhadap proses tender minyak mentah di Pertamina hingga saat ini.
Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman, Rabu (14/5/2025) di Medan.
Hal tersebut membuktikan mafia kartel minyak mentah dan produk bahan bakar minyak (BBM) masih sangat perkasa mengendalikan pejabat di Pertamina hingga saat ini.
“Sebab, terbukti proses pengadaan minyak Pertamina terbaru ternyata masih mengundang vendor atau pemasok yang tercatat dalam daftar hitam Pidsus Kejagung. Selain itu tetap melakukan tender spot bukannya term, infonya kebijakan itu atas keputusan rapat Direksi PT Kilang Pertamina International,” ungkap Yusri.
Menurut Yusri, hal tersebut terungkap berdasarkan undangan tender pengadaan minyak mentah spot tanggal 8 Mei 2025 untuk Delivery Date Range (DDR) 1 Juli 2025 hingga akhir September 2025 oleh Crude Procurement PT Pertamina Kilang International.
“Berdasarkan dokumen tender yang mencamtumkan vendor yang diundang, setidak-tidaknya terdapat 27 vendor masuk dalam daftar hitam Kejagung, salah satunya perusahaan berinisial 2R , CT dan CE PTE, Vtl, Glnc, Trav dll,” beber Yusri.
Sebelumnya, CERI pada 20 Januari 2025 telah pernah mengkonfirmasi soal penghilangan Bonny Light Crude dalam daftar tender crude oil untuk RU IV Cilacap kepada Direktur Feedstock dan Produk Kilang Subholding PT Kilang Pertamina Internasional, Sani Dinar Saifuddin belum jadi tersangka.
Dalam konfirmasi tersebut, CERI antara lain mengkonfirmasi pada tanggal 7 Januari 2025 sekitar pukul 18.29 PT Kilang Pertamina Internasional melalui Crude Procurement telah melakukan Invitation to Offer Crude Oil Supply for March (Spot II), 2025 Requirement kepada vendor/supplier yang terdaftar.
CERI juga mengkonfirmasi mengingat lifting nasional yang terbatas hanya di bawah 600.000 BOPD, maka untuk memenuhi konsumsi BBM dalam negeri Pertamina mengimpor minyak mentah
setiap harinya sekitar 550 ribu barrel dan produk BBM sekitar sebesar 450 ribu barrel.
Selain itu, CERI saat itu juga mengkonfirmasi perihal Invitation to Offer Crude Oil Supply for March (Spot II), 2025 Requirement untuk Kilang Cilacap merupakan Delivery Date Range (DDR) 1-3 Maret 2025 dengan base price WMA dated brent of February – March Alpha +Add Cost berkisar 5.03 USD/BBL hingga 6.95 USD/BBL, DDR 7-10 Maret 2023 dengan base price WMA dated brent Alpha +Add Cost berkisar 4 USD/BBL hingga 6.65 USD/BBL, dan DDR 18-23 Maret 2025 dengan base price WMA dated brent Alpha +Add Cost berkisar 5.60 USD/BBL hingga 7.48 USD/BBL.
Parcel size 600 KB hingga 950 KB kurang lebih 5%.
CERI kala itu juga mengkonfirmasi dalam Invitation tersebut pada poin di atas, menampilkan daftar nama-nama
crude dengan menyebut nama lapangan seperti di antaranya Escravos, Qua Iboe, yang berasal dari lapangan minyak di negara Nigeria, tanpa ada Bonny Light Crude.
Invitation tersebut juga menyebut nama crude Mixed Sweet Blend Origin (Max
640 MB) dan seterusnya, tanpa menyebut crude oil assay (analisis terperinci dari sifat fisik dan kimia minyak mentah).
CERI juga meminta klarifikasi mengenai Kilang Pertamina dalam mendapat pasokan minyak mentahnya, direncanakan sesuai dengan konfigurasi kilang atau kehandalan dan rencana target produk yang akan
dihasilkan serta posisi ullage tangki crude atau top tank.
Pada saat itu, CERI juga membeberkan, kilang minyak hanya mengenal crude assay untuk dioalah jadi BBM, bukan nama lapangan penghasil crude seperti pada poin di atas, termasuk menyebut nama negara seperti west african crude, asian crude atau middle east
crude sebagai judul tender, sehingga patut diduga itu merupakan tipu muslihat.
Selain itu, CERI juga mengkonfirmasi dalam perencanaan kebutuhan Pertamina menggunakan software linier program Generalized Refining Transportation Marketing Planning System (GRTMPS) atau lebih simpel dengan sebutan GRIMS untuk memastikan jenis minyak mentah yang sesuai bagi masing-masing kilang dan valuable.
CERI juga mengkonfirmasi saat itu bahwa semua orang kilang mengetahui untuk Bonny Light Crude lebih baik dan
dibutuhkan dari pada Escravos dan Qua Iboe, informasi yang kami peroleh awalnya sebelum ditenderkan pada 7 Januari 2025 itu, Bonny Light Crude sempat ada dalam list kebutuhan crude procurement. Namun pada saat tender Bonny Light Crude dihapus dari
list kebutuhan. Cilakanya, menurut sumber CERI, vendor akan menawarkan harga Bonny Light ke Pertamina lebih murah dari vendor yang telah dimenangkan.
CERI juga mengkonfirmasi mengenai adanya sinyalemen penyebutan nama lapangan minyak dan tanpa mensyaratkan crude assay serta hanya memberi waktu singkat kepada supplier, dimana penawaran harus masuk paling lambat pada 8 Januari 2025 pukul 14.00 WIB dengan validity sampai dengan Jumat tanggal 10 Januari 2025 pukul 20.00 WIB, adalah merupakan indikasi kuat adanya dugaan persaingan tidak sehat serta upaya memenangkan supplier jagoannya.
Dibeberkan CERI kala itu, lazimnya, modus operandi ini diduga dilakukan oleh oknum di bagian procurement
planning telah membocorkan lebih awal atau jauh sebelumnya kepada jagoannya untuk melakukan praktek ijon terhadap NOC (National Oil Company) yang memproduksi minyak tersebut, namun bagi yang tidak tahu modus itu tentu melihat seolah-olah proses tendernya fair dan terbuka serta transparan, padahal sudah diskenariokan jauh sebelumnya sehingga supplier lain tidak akan punya jaminan suplai dan kesempatan untuk memenangkan tender tersebut.
- Penulis: Bambang