Kang Gugun Sampaikan Duka Mendalam atas Wafatnya Paus Fransiskus
- account_circle Redaksi
- calendar_month Selasa, 22 Apr 2025

Foto Istimewa (Red)
Harianterbit.id Jakarta – Dunia kembali berselimut duka. Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus, telah berpulang, meninggalkan jejak panjang nilai-nilai perdamaian, persaudaraan lintas iman, dan keberanian moral di tengah zaman yang sering kali memecah belah atas nama perbedaan, Selasa (22/04/2025).
Di Indonesia negeri yang dibangun di atas semangat keragaman dan toleransi doa dan belasungkawa mengalir dari berbagai penjuru. Salah satu yang menyampaikan duka paling dalam adalah Gugun Gumilar, MA., Ph.D, Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan, Harmoni, Pelayanan Agama, dan Kerja Sama Luar Negeri. Dikenal luas sebagai Kang Gugun, tokoh Sunda ini telah lama menjadi garda depan dalam membangun jembatan antaragama di dalam dan luar negeri.
“Kepergian Paus Fransiskus bukan hanya kehilangan bagi umat Katolik, tapi juga duka bagi seluruh pencinta damai di dunia. Sosok beliau adalah cahaya dalam percakapan lintas iman. Beliau membuktikan bahwa agama dapat menjadi penyejuk, bukan pemicu api,” ungkap Kang Gugun dengan suara penuh empati.
Paus Fransiskus dan Indonesia: Sebuah Pertemuan Sejarah
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 2024 lalu merupakan tonggak baru hubungan antaragama di Asia Tenggara. Salah satu momen paling menggetarkan adalah kehadiran beliau di Masjid Istiqlal bersama para pemuka agama lintas keyakinan. Di sanalah tercetus Deklarasi Istiqlal, dokumen moral global yang berisi komitmen bersama dalam merawat perdamaian.
Lima poin utama Deklarasi Istiqlal:
1. Penguatan dialog antaragama sebagai pilar peradaban.
2. Peneguhan peran kearifan lokal dalam menciptakan toleransi.
3. Kolaborasi global dalam pendidikan moderasi beragama.
4. Penolakan terhadap radikalisme dan kekerasan berbasis keyakinan.
5. Pengakuan Pancasila sebagai filosofi perdamaian yang dapat menginspirasi dunia.
Dalam sambutannya, Paus Fransiskus memuji Indonesia dengan kata-kata yang membekas:
“Saya melihat Pancasila sebagai manifestasi indah dari kebhinekaan yang dijaga dengan hati. Dunia perlu belajar dari semangat hidup berdampingan yang tumbuh di Indonesia.” tambahnhya
Palestina dalam Hati Paus: Seruan Kemanusiaan yang Menggugah
Dalam kesempatan kunjungannya, Paus juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap situasi di Palestina. Di hadapan publik Indonesia yang dikenal vokal terhadap isu kemanusiaan global, beliau menyatakan:
“Selama masih ada anak-anak Palestina yang kehilangan tempat tinggal dan hak hidup, maka dunia belum sepenuhnya adil. Kita tidak boleh membiarkan politik membungkam kemanusiaan.” kata kang Gugun
Pernyataan ini disambut haru oleh masyarakat Indonesia, bangsa yang sejak lama menjunjung tinggi solidaritas terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
Kang Gugun: Islam Menyatu dalam Budaya, Merawat Harmoni
Sebagai representasi moderasi Islam di Indonesia, Kang Gugun menegaskan bahwa agama tidak bisa dilepaskan dari akar budaya.
“Islam di Nusantara hadir dengan pelukan, bukan pukulan. Ia menyatu dalam tembang, gamelan, dan silat. Ini yang membuat Islam kita lembut, bersahabat, dan tidak menakutkan. Agama harus meresap dalam budaya, bukan menenggelamkan budaya,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa harmoni yang terjadi antara umat Islam dan Kristen di Indonesia bukan sesuatu yang tiba-tiba, tapi hasil dari dialog panjang, pengakuan atas perbedaan, dan komitmen untuk saling merawat.
“Apa yang Paus Fransiskus perjuangkan sejalan dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin yang kami yakini. Islam bukan hadir untuk menyaingi agama lain, tapi untuk hidup berdampingan dalam semangat saling menghargai,” tambah Kang Gugun.
Warisan Paus Fransiskus: Tanggung Jawab Bersama Umat Beragama
Paus memang telah tiada, namun warisan moral dan kemanusiaannya akan terus hidup. Kang Gugun menutup pernyataannya dengan ajakan:
“Kini tugas kita melanjutkan jejak beliau. Kita semua, umat beragama, ditantang untuk tidak berhenti pada toleransi, tapi membangun kolaborasi. Dunia sedang retak oleh kebencian, dan hanya kerja sama lintas iman yang dapat menyembuhkannya.” pungkasnya
Rilis ini diterbitkan resmi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan, Harmoni, Pelayanan Agama, dan Kerja Sama Luar Negeri.
- Penulis: Redaksi
- Editor: Admin