Sembilan Wisata Religi Banyak Dikunjungi Penziarah di Banten
- account_circle Redaksi
- calendar_month Jumat, 11 Apr 2025

Terasmedia.co Serang – Objek wisata di Pulau Jawa yang saat ini banyak dikunjungi oleh masyarakat diantaranya yaitu Bandung dan Yogyakarta. Sementara itu, Banten yang kental dengan sebutan tanah jawara masih menyimpan daya magnet untuk wisatawan lokal maupun mancanegara.
Untuk di Banten sendiri terdapat destinasi wisata yang hingga kini masih populer dikunjungi oleh wisatawan. Sebut saja Pantai Pasir Anyer atau Pantai Sawarna, Carita, dan ratusan pantai lain yang ada di Banten.
Selanjutnya, diantara bukit-bukit tinggi menjulang ternyata menyimpan daya tarik tersendiri tentang keindahan spot-spot foto. Bagi pengunjung yang akan menikmati foto Negeri di Atas Awan, mereka tak perlu datang jauh-jauh mendaki puncak Semeru atau Gunung Gede.
Wisatwan cukup, datang ke Negeri di Atas Awan yang ada di Citorek, Lebak, Banten. Selain itu, yang tak kalah menarik lain ialah objek wisata Adat mulai dari Kasepuhan Adat Banten Kidul dan juga wisata Adat Baduy.
Sementara itu, destinasi wisata makam-makam ulama Banten yang masih keramat menjadi perimadona dikunjungi oleh wisatawan terutama pada momen tertentu seperti hari besar islam, Maulid Nabi Muhammad S.A.W dan Idhul Adha. Dari sekian banyak wisata makam religi yang dianggap wajib untuk dikunjungi. Ada beberapa makam untuk ziarah yang menjadi ‘kewajiban’ pengunjung ketika berada di Banten.
Berikut 10 tempat wisata ziarah di Banten yang menjadi rekomendasi dari Tagar.
1. Masjid Agung Banten
Wisata Masjid Agung Banten yang terkenal banyak dikunjungi oleh masyarakat. Kabarnya, Masjid yang didirikan oleh Sultan Maulana Hasanudin pada tahun 1552-1570 itu berlokasi di Jalan Banten Lama, Serang Banten.
Masjid Agung yang saat ini dijadikan cagar budaya, tak heran banyak wisatawan yang tertarik ingin mengetahui sejarahnya. Jarak yang tak begitu jauh dari Masjid Agung, terdapat banyak makam tokoh pejuang yang berperang melawan Belanda.
Mereka dimakamkan di sana seperti Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, pangeran Ratu, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abu Abdul Nasir Abdul Qohhar, Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin.
Sementara untuk makam keramat yang biasa dikunjungi ialah makam Sultan Maulana Hasanuddin dan Sultan Angeng Trirtayasa.
2. Masjid Agung Tanara
Berdasarkan informasi yang didapat reporter tagar, Masjid Agung Tanara merupakan peninggalan dari Sultan Maulanna Hasanuddin yang pernah mejadi raja pertama di Banten.
Konon ceritanya, jejak dakwah islam Banten pertama kali terjadi di Masjid Agung Tanara. Bentuknya yang unik dan klasik mampu menyedot perhatian wisatawan lokal maupun luar kota. Untuk lokasi tempatnya berada di Kampung Tanara, Serang Banten dan jaraknya tak jauh dari kediaman Wakil Presiden Kiyai Ma’aruf Amin.
Masjid yang terlihat bersejarah ini, banyak diyakini oleh masyarakat Banten sebagai peninggalan Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan buyut dari Wakil Presiden RI Kiyai Ma’aruf Amin. Selain itu, jarak lokasi yang bersampingan dengan rumah.
Masjid ini juga sarat akan nilai historis. Masyarakat sekitar Tanara banyak menyebut bahwa masjid ini adalah peninggalan Syekh Nawawi al-Bantani yang merupakan buyut Ma’ruf Amin. Hal ini dikarenakan lokasinya yang bersampingan dengan rumah kelahirannya.
3. Wisata Makam Syekh Abdul Jabbar
Syekh Abdul Jabbar ialah ulama yang sangat berperan dalam pembentukan Kabupaten Pandeglang. Dalam pembentukan Pandeglang, dia tak sendiri dibantu oleh Sultan Syarif Hidayatullah.
Untuk lokasi pemakaman Syekh Abdul Jabbar terletak di Kampung Pasir Kecapi, Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Karangtanjung Pandeglang, Banten.
Seandainya, pengunjung hendak berziarah ke makam Syekh Jabbar, sebaiknya hal yang harus diperhatikan ialah area makam hanya dapat menampung kurang lebih 20 orang di setiap kunjungan. Kalau pengunjung datang dengan rombongan yang banyak seharusnya bisa tertib dan kondusif agar tempat tersebut tetap terjaga.
4. Batu Qur’an
Wisata religi Batu Qur’an salah satu tempat ziarah di Banten yang banyak di kunjungi oleh wisatawan. Lokasinya yang unik berada di bawah kaki Gunung Karang. Mmasyarakat di Banten mempercayai hanya orang yang memiliki ilmu tinggi bisa melihat tulisan Al-Quran.
Konon katanya, penamaan Batu Qur’an berasal dari adanya batu besar bertulisan Al-Quran di tempat itu. Namun kalau diperhatikan lebih dalam, tak muncul tulisan terpampang di sisi batu tersebut.
Cerita lain terkait batu itu adalah sebagai penghalang keluarnya air yang terus mengalir dari dalam tanah. Masyarakat Banten mempercayai bahwa lokasi batu itu dulunya merupakan bekas kaki dari Syekh Maulana Mansyuruddin. Saat itu, Syekh Maulana Mansyuruddin akan pergi haji, dia menginjakkan kaki di lokasi itu, kemudian Syekh Maulana langsung tiba di Mekkah.
Bagi kalian yang pergi ke sana dan hendak melihat kejernihan air yang mengalir di sekitaran lokasi. Biasanya air tersebut digunakan oleh pengunjung untuk berendam ataupun mandi. Kejernigan air tersebut lah yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang datang ke Batu Qur’an.
5. Abuya Ahmad Histomi
Buya Histomi merupakan orang terkenal, dia menghabiskan pengabdian hidupnya untuk penyebaran agama silam. Selain itu, ia juga mendirikan pesantren bernamma Al-Hidayah.
Berdasarkan informasi santri-santri dari Buya Histomi tersebar di seluruh nusantara. Bahkan tak heran dalam setiap tahun haulan peringatan diia, banyak pihak yang terlibat hadir.
Sementara itu, untuk kegiatan haul selalu ramai dan dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti anggota DPR RI. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat luas banyak yang ingin mengetahui sosoknya. Untuk lokasi pemakamanya terletak di Cisantri, Pandeglang.
6. Makam Syekh Muhammad Sholeh
Wisata ziarah religi yang terletak di Gunung Santri Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Di atas puncak gunung terdapat makam seorang ulama besar penyebar agama islam yaitu Syekh Muhammad Sholeh.
Syekh Muhammad Sholeh merupakan Santri dari Sunan Ampel, setelah belajar agama, beliau kemudian menemui Sultaj Syarif Hidayatullaj atau lebih populer dikenal Sunan Gunung Jati (Orang tua dari Sultan Hasanudin) pada saat itu menjadi penguasa Cirebon.
Beliau meninggal di usia 76 tahun dan sebelum meninggal, dia sempat berpesan kepada santrinya kalau ia menunggal agar dimakamkan di Gunung Santri. Jarak tempuh dari kaki bukit menuju puncak berjalan 500 Meter dan hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.
7.Makam Syekh Maulana Mansyuruddin
Wisata ziarah religi kali ini, terletak di daerah Cikaduen, Saketi, Pandeglang, Banten. Di sana terdapat makam salah seorang wali yakni wali Syek Maulana Mansyuruddin.
Syekh Maulana Mansyuruddin populer pada massa itu dengan sebutan Sultan Haji. Beliau merupakan putra dari Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (Raja Banten ke 6), salah satu cerita yang memang dikenal dari Syekh Maulana Mansyur ialah menyebarkan sariah agama silam di selatan ke pesisir laut dan berbagai daerah terutama Banten.
Selanjutnya Syekh Maulana Masyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672 M. Kemudian dia dimakamkan di Cikaduen, Saketi, Pandeglang, Banten. Sampai saat ini, makam beliau sering banyak dikunjungi oleh penziarah dan dikeramatkan.
8. Makam KH. Asnawi
KH. Asnawi yang biasa disebut Mama Asnawi, dia merupakan seorang pejuang dan masih keturunan ke 17 dari Sjltan Ageng Mataram atau Raden Fattah. Makam beliau terletak di Kampung Caringin, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten.
Mama Asnawi pada masa itu, dikenal sebagai seorang ulama dan Jawara yang sakti disegani oleh penjajah yaitu Belanda. Ketika beliau wafat, banyak penziarah baik dari wilayah Banten maupun luar daerah.
Bahkan ada cerita dari penziarah yang memang melihat Masjid Salagiah Ccaringin mengeluarkan cahaya memenuhi ruangan. Masjid Caringin yang konon usianya hampir 200 tahun.
9. Syekh Waliyudin
Objek wisata religi yang tak kalah menarik dan selalu ramai untuk dikunjungi oleh wisatawan yaitu Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tanggerang. Kawasan wisata yang memiliki pemandangan hutan mangrove tersebar di sepanjang jalan menuju lokasi. Pengunjung juga bisa melihat langsung kehidupan nelayan, mulai dari merawat kapal hingga mengolah hasil tangkapan.
Usut punya usut, di dalam pulau Cangkir ternyata terdapat maqom seorang ulama besar yaitu Panggeran Jaga lautan atau Syekh Waliyuddin. Dia dikenal bukan hanya oleh masyarakat Banten, tapi seluruh nusantara.
Menurut cerita, dulu pulau Cangkir merupakan daratan terpisah dari Pulau Jawa sebelum masyarakat membuat jalan penghubung untuk mempermudah penziarah. Lintasan tanah yang menjadi penghubung tersebut dibuat pada tahun 1995. Pembuatan jalan tersebut hasil swadaya penduduk setempat dengan pengurus situs sejarah.
- Penulis: Redaksi