Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Daerah » Diskusi Kemenperin–Agrinex, Ketua Yayasan Gerak Nusantara Paparkan Hilirisasi Gula Merah Sawit

Diskusi Kemenperin–Agrinex, Ketua Yayasan Gerak Nusantara Paparkan Hilirisasi Gula Merah Sawit

  • account_circle Akbar
  • calendar_month 5 jam yang lalu

Harianterbit.id Jakarta – Ketua Yayasan Gerak Nusantara Sumatra Utara, Torop Sihombing, menjadi salah satu pembicara dalam diskusi Kementerian Perindustrian bersama Agrinex Indonesia bertema International Agribusiness, Food Sovereignty and Economic Growth in Indonesia. Dalam forum itu, Torop memaparkan perjalanan panjang hilirisasi gula merah sawit yang dikerjakan petani dan UMKM binaan Gerak Nusantara.

Torop menjelaskan Gerak Nusantara bekerja bersama petani di delapan provinsi, ditambah empat provinsi yang sedang dalam proses bergabung. Fokus gerakan ini berada pada sektor petani dan UMKM, terutama dalam pengembangan gula nira sawit yang sebenarnya telah dikerjakan masyarakat sejak lama.

Ia menyebut sebelum ada dukungan dari Kementerian Perindustrian dan PTPN, petani kesulitan mendapat bahan baku karena bergantung pada kebun-kebun sawit milik warga skala kecil.

“Ketersediaan bahan baku terbesar itu di perkebunan PTPN. Ada sekitar 14 juta hektare di seluruh Indonesia. Di Sumatera Utara saja 1,4 juta hektare,” ujar Torop.

Menurutnya, selama bertahun-tahun petani hanya bisa berharap belas kasihan pemilik kebun swasta untuk menebang dan memanfaatkan batang sawit replanting. Sementara itu, banyak lahan PTPN yang sudah tidak produktif justru dibiarkan terbuang.

“Sayang sekali bahan baku sebesar itu tidak dimanfaatkan,” kata Torop.

Gerak Nusantara kemudian membangun komunikasi dengan Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza. Lewat dukungan Wamen dan sinergi dengan PTPN, hilirisasi gula merah sawit kembali berjalan dan memberi tambahan pendapatan bagi petani.

“Kesuksesan itu harus dikerjakan bersama. Kami berharap pihak-pihak besar terus melihat ke bawah agar masyarakat bisa naik kelas,” ucapnya.

Torop memaparkan bahwa satu batang sawit pada masa penyadapan dapat menghasilkan 150 sampai 200 liter nira dalam 30–40 hari. Dari nira tersebut, selain gula merah, dapat diproduksi kecap, permen, obat herbal, selai, hingga bahan masakan. Namun, keterbatasan bahan baku dan birokrasi masih menjadi hambatan utama.

Dalam sesi tanya jawab, Evi dari Kementerian Pertanian mempertanyakan peluang produk turunan gula nira sawit untuk menarik minat generasi muda. Torop menjawab bahwa sejumlah petani telah membuat permen dan kecap, namun produksi belum stabil akibat bahan baku terbatas. Jika ketersediaan bahan baku dan modal diperkuat, pengembangan produk kekinian disebut sangat memungkinkan.

Diskusi ditutup oleh Direktur Industri KemurgiyQleokimia, dan Pakan Kemenperin, Lila Harsyah Bakhtiar. Ia menegaskan komitmen Kemenperin dalam mendukung diversifikasi bahan pangan serta industri pengolahan yang melibatkan masyarakat.

“Kami sangat mendukung opsi alternatif bahan baku pangan. Minyak sawit dan turunannya adalah karunia besar yang bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kemenperin berpihak pada upaya hilirisasi, koperasi, dan kemitraan dengan perusahaan besar,” ujar Lila.

Ia menegaskan hilirisasi gula sawit yang melibatkan petani, koperasi, PTPN, dan pemerintah merupakan contoh nyata nilai tambah sumber daya alam yang langsung berdampak pada rakyat. Meski program sempat terhenti, para petani berharap kegiatan hilirisasi segera dilanjutkan agar mereka kembali mendapatkan kepastian bahan baku dan pendapatan.

  • Penulis: Akbar
expand_less