Sebut Jakarta Kota Bokep, Cagub DKI Ridwan Kamil Menuai Petaka

Avatar of admin
Sebut Jakarta Kota Bokep, Cagub DKI Ridwan Kamil Menuai Petaka I Harian Terbit
Keterangan foto : Calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil (RK) tak menyangka jejak digitalnya menjadi musibah bagi dirinya, Senin (18/11/2024)

Harianterbit.id Jakarta – Calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil (RK) tak menyangka jejak digitalnya menjadi musibah bagi dirinya. Cuitan-cuitan Ridwan Kamil soal Jakarta 14 tahun lalu di Twitter (kini X) diungkap kembali oleh warganet yang kesal, marah, dan sakit hati. Cuitan bernada satire dan merendahkan itu, kini beredar dan viral di berbagai platform media sosial termasuk TikTok.

Meskipun kini kicauan Ridwan Kamil tersebut sudah dihapus, namun warganet sudah telanjur membuat tangkapan layarnya sehingga masih bisa dibaca oleh masyarakat luas.

Adapun cuitan itu berbunyi, “sawityowit @vincentrompies Kota rada bokep: Zakkarta. Kota bokep: Pornorogo. Kota plg bokep: Fakfak di Irian :),” cuit RK pada 17 Agutus 2010.

Sadar bahwa jejak masa lalunya bisa merugikan masa depannya, Ridwan Kamil buru-buru meminta maaf kepada publik.
Pada Minggu (25/8/2024) lalu, Ridwan Kamil pun meminta maaf melalui akun X-nya. “Bagaimanapun, untuk twit-twit saya yang lama, saya akui dulu saya kurang bijak dan mungkin kurang literasi—bahkan kurang sopan. Saya mohon maaf jika ada pihak-pihak yang tersakiti, terkritik, tersindir, atau terhina dengan cara saya berekspresi,” demikian potongan kata-kata maaf RK di cuitannya.

Permintaan maaf Ridwan Kamil bukannya menyelesaikan masalah, tetapi malah menimbulkan masalah baru. Mantan guru honorer bernama Sabil Fadhillah ikut berkomentar dalam cuitan permintaan maaf Ridwan Kamil.

“Gue itu. Enak aja doi minta maaf biar dapat suara dari Jakarta. Sumpah sampai akhirat gue tuntut kelakuannya di akhirat,” balas @sabilfadhillah.

Dalam cuitan permintaan maaf Ridwan Kamil, juga ada netizen yang mengingat soal kasus Sabil Fadhillah tersebut.

“Bukannya sekarang kalau misalnya dikritik suka di-pin ya? Terus nanti akun yang kritik dibully sama fans-nya bapak. Biasanya sih polanya seperti itu,” tulis akun @a*il_a*vi*n. “Jadi keinget guru yang dipecat sama yayasannya gegara di-pin komentarnya wkwk. Cuma gara-gara nanya pakai bahasa Sunda kasar doang,” tulis akun @n*rull*l.

Diketahui beberapa tahun yang lalu nama Sabil Fadhillah menjadi viral. Hal ini bermula saat Ridwan Kamil membagikan video di Instagram @ridwankamil terkait pemberian hadiah kepada anak SMP yang patungan untuk membelikan sepatu bagi temannya. Pada unggahan video itu Sabil Fadhillah berkomentar. Dia mempertanyakan soal jas warna kuning yang dikenakan Ridwan Kamil. “Maneh teh keur jadi gubernur Jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???? (Kamu jadi gubernur atau kader partai atau pribadi),” tanya Sabil.

“@sabilfadhillah Ceuk maneh kumaha (Menurut kamu gimana)?,” tanya balik Ridwan Kamil. Karena komentar tersebut, Sabil Fadhillah dipecat dari tempatnya mengajar karena dinilai kurang sopan.

Pengamat politik Abdul Halim menegaskan bahwa pentingnya pejabat publik wajib memiliki akhlak yang mulia, karena ia akan menjadi contoh bagi masyarakat banyak. Apalagi seorang gubernur, ia harus sosok yang betul-betul bersih dari kelakuan buruk masa lalu.

“Dari peristiwa itu, bisa kita simpulkan siapa sebenarnya Ridwan Kamil. Jangan sampai kita membeli kucing dalam karung,” kata Abdul Halim kepada media, Ahad, (17/11/2024) di Jakarta.

Halim menegaskan, siapapun pemimpin di negeri ini, tidak boleh ada tawar menawar soal urusan akhlak, yakni akhlaknya harus baik. “Di negeri Pancasila, Berketuhanan yang Mahaesa, setiap pemimpin harus menjunjung tinggi norma-norma agama. Tidak boleh tidak, wajib hukumnya. Masih banyak orang bersih yang siap menjadi pemimpin,” paparnya.

Cuitan tentang Jakarta Kota Bokep, menurut Halim tak pantas dikeluarkan oleh calon pemimpin Jakarta. “Bagaimana mungkin dia mau memperbaiki Jakarta, sedangkan dia sendiri nyinyir terhadap Jakarta,” tegasnya.

Pasangan calon gubernur DKI Jakarta nomor urut satu, Ridwan Kamil – Suswono (RIDO) tampaknya layu sebelum berkembang. Berdasarkan hasil polling beberapa lembaga survei pasangan RIDO yang sebelumnya diprediksi menang satu putaran, kini elektabilitasnya terus merosot. Pasangan nomor urut satu ini didukung oleh 12 partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, sekarang posisinya di nomor dua di bawah pasangan nomor urut tiga Pramono dan Rano Karno. Sedangkan cagub-cawagub independen, Dharma Pongrekun dan Kun Wardan belum beranjak dari juru kunci di urutan ketiga.

Mengaku mendapat dukungan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI, Jokowi, nyatanya elektabilitas paslon Pilkada nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono kalah dibandingkan pesaingnya, paslon nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno.

Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyimpulkan, Pramono-Rano unggul signifikan dari RK-Suswono pada saat survei dilaksanakan pada 31 Oktober-9 November 2024, hanya 18 hari jelang pemungutan suara pada 27 November 2024 mendatang.

Hasilnya, elektabilitas paslon nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno mencapai 46 persen. Angka tersebut mengungguli pesaing terkuatnya, paslon nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono, yang elektabilitasnya 39,1 persen.

Sementara, paslon nomor 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto, elektabilitasnya 5,1 persen, dan responden yang tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 9,8 persen.

Direktur Eksekutif SMRC, Deni Irvani, menjelaskan, keunggulan Pramono-Rano atas RK-Suswono signifikan. Sebab, selisih angkanya melebihi margin of error survei.

Keoknya Ridwan Kamil-Suswono juga tampak dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis pada Kamis (24/10/2024). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan periode 10-17 Oktober 2024 kepada 1.200 responden itu, Pramono-Rano memiliki elektabilitas 41,6 persen, sementara pasangan Ridwan Kamil (RK)-Suswono 37,4 persen, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana hanya memiliki elektabilitas 6,6 persen.

Sementara Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan menerangkan, keunggulan Pramono-Rano dari RIDO ini, secara statistik belum menunjukkan siapa pemenangnya. Namun, selain unggul, dukungan pada pasangan Pramono-Rano juga terlihat lebih solid dan kuat dibanding pasangan lain.

Dalam pengamatan LSI, kata Djayadi, sejak pertengahan sampai September lalu, paslon RIDO, mengalami penurunan. Sementara perlahan-lahan terjadi peningkatan keterpilihan pasangan Pramono-Rano sampai dengan Oktober 2024.

LSI juga mengutip peningkatan dan penururan keterpilihan Pramono-Rano dan RIDO tersebut, dari hasil survei para surveyor lainnya. Djayadi memaparkan, dalam hasil survei LSI pada 6-12 September lalu, surveyor masih menempatkan keunggulan RIDO daripada Pramono-Rano pada angka keterpilihan 51,8 persen berbanding 28,4 persen.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Poltracking 9-15 September lalu, pun paslon RIDO unggul 47,5 persen, namun saat itu paslon Pramono-Rano mengalami peningkatan 31,5 persen. Kemudian dari hasil survei Charta Politika sepanjang 19-24 September, Djayadi juga melihat peningkatan elektabilitas pasangan Pramono-Rano ke angka 36,5 persen, namun tetap unggul paslon RIDO 48,3 persen.

Kemudian pada periode 10-17 Oktober, survei LSI, kata Djayadi menunjukkan keterbalikan yang membawa keunggulan RIDO merosot ke angka 37,4 persen, di bawah paslon Pramono-Rano 41,6 persen. “Penurunan yang dialami oleh pasangan Ridwan-Suswono atau RIDO ini, cenderung pindah, lebih dari 10 persen pindah ke Pramono-Rano, sedikit yang pindah ke pasangan Dharma-Kun,” kata Djayadi.

Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, kenaikan suara paslon Pramono-Rano masih akan terus meluas. Penilaiannya itu merespons hasil survei terbaru LSI. “Paslon ini, bisa mendapatkan suara pemilih yang lebih luas, termasuk pemilih Golkar yang tidak solid mendukung pasangan Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO),” kata Ray di Jakarta.

Menurut Ray, sejak awal dirinya melihat elektabilitas paslon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO) ini tidak bisa memperoleh suara signifikan. Ray memprediksi suara pasangan RIDO sangat berpotensi untuk dikalahkan oleh pasangan Pramono-Rano karena pemilih pasangan RIDO hanya berpaku pada pemilih dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sementara pasangan Pramono-Rano bisa mendapatkan suara pemilih yang lebih luas. Termasuk pemilih Partai Golongan Karya (Golkar) yang juga tidak solid mendukung pasangan RIDO.

“Saya tidak terlalu terkejut. Sejak dari awal saya sudah punya keyakinan Pram sama Rano akan dapat mengimbangi RIDO,” ujar Ray. (Ida)

banner 325x300
Ikuti kami di Google News