Opini  

Eric Hermawan: Sampai Mana Digitalisasi UMKM Kita

Avatar of Kontributor
Eric Hermawan: Sampai Mana Digitalisasi UMKM Kita
Keterangan Foto: Oleh Eric Hermawan Pemerhati Ekonomi dan Staf Pengajar Institut STIAMI Jakarta.

Sangat miris jika melihat GMV atau nilai transaksi produk yang terjual dalam setahun, maka pangsa produk UMKM sangat rendah. Perkembangan UMKM Indonesia menuju pemasaran digital selama ini menghadapi berbagai permasalahan.

Menurut studi Deloitte Access Economics, 36% UMKM Indonesia masih kesulitan dengan pemasaran tradisional. Sementara itu, 37% UMKM hanya memiliki kemampuan dasar pemasaran online seperti komputer dan akses broadband.

Sisanya, 18% UMKM memiliki kemampuan online yang moderat karena mereka dapat menggunakan website dan media sosial. Hanya 9% yang memiliki kemampuan digital marketing yang tergolong advanced.

Optimalisasi

Terbatasnya kondisi UMKM Indonesia untuk memasuki pasar digital juga didukung oleh penelitian (Rahayu dan Day, 2017) bahwa karakteristik UMKM Indonesia masih sangat rendah untuk mengembangkan pemasaran digital Kami menggunakan teknologi canggih. Hal ini terlihat dari 32,5% UMKM yang masih menggunakan website statis, 25% menggunakan website interaktif, dan 7,2% UMKM belum terintegrasi secara digital.

Permasalahan lain yang dihadapi UMKM Indonesia ketika melakukan pemasaran digital adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan suasana persaingan kompetitor yang masih belum mampu menandingi kemauan UMKM dalam memanfaatkan teknologi informasi (Nugroho, 2015).

Memang dalam peta persaingan UMKM di pasar digital atau yang biasa disebut dengan e-commerce, kesiapan teknologi menjadi faktor utama yang mendorong UMKM mengadopsi sistem tersebut (Rahayu dan Day, 2015).

Keberhasilan yang dicapai dalam implementasi program E-Smart yang dicanangkan Kementerian Perindustrian juga menggambarkan tantangan yang dihadapi UMKM dalam transisi ke pasar digital. Pada pertengahan tahun 2018, total pendapatan UMKM melalui program E-Smart hanya sebesar Rs 600 crore.

Beberapa produk berhasil dijual melalui online marketplace, UMKM pangan mendapat pangsa 38% dan UMKM logam mendapat pangsa 20%. Namun omzet transaksi UMKM online dinilai masih sangat rendah dan perlu evaluasi mendalam. Dari 1.700 UMKM yang menjual produknya melalui pemasaran online, hanya 68 yang berhasil menjual produknya. Kendala terbesar bagi UMKM adalah produk yang dijual kurang berkualitas dan tidak bisa dijual di pasaran.

Skema Terbaik Karena berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM di atas, maka pemerintah, kementerian teknis seperti Kementerian Perindustrian, Komunikasi dan Informatika serta pemerintah daerah perlu mulai merumuskan skema terbaik untuk menghilangkan hambatan.

Panggung Uji

UMKM memasuki jaringan pemasaran digital. Meskipun hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya persaingan yang ketat antar UMKM, namun dukungan pemerintah dan inovasi mandiri akan memungkinkan UKM tersebut bersaing di pasar digital (Savrul et.al, 2014 : 44). Salah satu manfaat UMKM memasuki pasar e-commerce adalah dapat meningkatkan citra perusahaan dan membangun jaringan pemasaran lebih cepat (Jahanshahi, et.al, 2013: 854).

banner 325x300
Ikuti kami di Google News